Refleksi Perjalanan: Apa Sejatinya Pendidikan Bagi Kita?

Pendidikan adalah Proses Peningkatan Kualitas dan Potensi

Sebuah narasi refleksi perjalanan yang ditulis sebagai renungan menjelang pengumuman SNBP pada 18 Maret 2025

SNBP. Andi Muhammad Ghani Rahman
Apa itu kesuksesan? Apakah ia hanya diukur dari gelar yang kita sandang, pekerjaan yang kita dapatkan, atau gaji yang kita terima? Apa benar jurusan yang kita pilih sekarang akan menentukan seluruh jalan hidup kita? Seberapa besar pengaruh nama kampus dalam menentukan siapa kita di masa depan? Dan apakah dunia benar-benar menilai kita hanya dari ijazah yang kita genggam?

Di tengah gegap gempita pengumuman SNBP, mungkin sebagian dari kita merasa penuh harap, sebagian lainnya dihantui kecemasan. Pertanyaan-pertanyaan itu muncul, menyelinap dalam hati dan pikiran: Bagaimana jika aku tidak lolos? Bagaimana jika aku salah memilih jurusan? Bagaimana jika orang lain meremehkan pilihanku?

Namun, mari kita berhenti sejenak. Renungkan lebih dalam. Pendidikan bukan sekadar tiket menuju pekerjaan. Pendidikan bukan hanya tentang persiapan kerja, tetapi tentang peningkatan kualitas diri. Jika kita hanya melihat pendidikan sebagai batu loncatan untuk mencari gaji tertinggi, kita mungkin akan berakhir sebagai seseorang yang hanya menjual ilmu kepada mereka yang mampu membayar paling mahal.

Pendidikan seharusnya membentuk kita menjadi manusia yang bernilai, bukan sekadar sumber daya manusia yang siap dieksploitasi. Kita menempuh pendidikan untuk memahami kehidupan, untuk menyelesaikan misi yang lebih besar, dan untuk memberikan manfaat bagi orang lain.

Kesuksesan sejati bukan diukur dari seberapa tinggi kita mendaki, tetapi seberapa banyak orang yang kita bantu untuk ikut naik.

Maka, pilihlah pendidikan yang membentuk dirimu, bukan sekadar yang terlihat "menjanjikan" di mata orang lain. Silakan kuliah di mana saja, pilih jurusan apa saja—tetapi pastikan bahwa pilihan itu membawamu pada versi terbaik dirimu.

Setelah berkelana, pulanglah, bangun negeri, dan jadilah bagian dari perubahan yang lebih baik.

Negeri ini terlalu lama dipenuhi dengan nepotisme dan feodalisme. Posisi-posisi strategis diisi oleh mereka yang tidak kompeten, hanya karena hubungan darah atau kepentingan tertentu. Kita membenci korupsi, tetapi jarang bertanya: Mengapa koruptor terus lahir? Mereka lahir dari sistem yang membiarkan ketidakjujuran tumbuh sejak dini.

Ketidakjujuran dalam pendidikan melahirkan ketidakjujuran dalam kehidupan. Mereka yang curang dalam ujian akan terbiasa mencari jalan pintas. Mereka yang mengandalkan koneksi tanpa kompetensi akan merasa berhak menduduki posisi yang tidak layak. Koruptor yang kita benci hari ini mungkin dulunya adalah siswa yang terbiasa menyontek, mahasiswa yang membeli tugas, atau lulusan yang mendapatkan ijazah palsu.

Pendidikan adalah Perlawanan

Saat ini, di dunia kerja, banyak orang memegang ijazah palsu—seakan-akan negeri ini menutup mata terhadap kejahatan itu. Situs-situs yang menjual ijazah berdiri terang-terangan, rekening dan kontaknya bisa ditemukan dengan mudah, tetapi tetap dibiarkan. Apakah ini kelalaian, atau ada kepentingan yang lebih besar bermain di dalamnya? Dunia politik bukan hanya soal benar atau salah, tetapi siapa yang bisa mengendalikan narasi dan memegang kartu emas.

Lalu, bagaimana kita bisa melawan sistem yang korup ini? Dengan menjadi pribadi yang jujur, kompeten, dan tak mudah dibodohi. Pendidikan yang serius akan membentuk kita menjadi orang-orang yang tidak bisa dimanipulasi. Jika semakin banyak dari kita yang cerdas dan berintegritas, mereka yang bermain di zona abu-abu akan kehilangan kendali.

Inilah mengapa pendidikan adalah bentuk perlawanan. Semakin banyak di antara kita yang jujur, kompeten, dan kritis, semakin sulit bagi sistem yang kotor untuk bertahan. Semakin kita serius dalam menempuh pendidikan, semakin sulit bagi mereka yang ingin membodohi kita.

Pendidikan Bukan Hanya Tentang Gelar atau Ijazah

Ijazah memang penting, tetapi itu hanyalah selembar kertas. Yang lebih berharga adalah proses di baliknya—ilmu yang kita pelajari, nilai-nilai yang kita pegang, dan manfaat yang bisa kita berikan. Jika semua jabatan diisi oleh orang-orang yang cerdas dan berintegritas, bagaimana mereka bisa mempertahankan sistem nepotisme? Jika setiap jalur diisi oleh mereka yang berkompeten, bagaimana mereka bisa memastikan kroni-kroninya tetap berkuasa?

Pendidikan yang sejati bukan hanya tentang akumulasi pengetahuan, tetapi juga tentang keberanian untuk melawan kebiasaan buruk yang telah mengakar dalam sistem.

Maka, jika kita benar-benar peduli pada perubahan, pendidikan kita tidak boleh sekadar menjadi alat untuk naik pangkat atau mendapat gaji tinggi. Pendidikan harus menjadi perlawanan terhadap kebodohan yang dipelihara, terhadap korupsi yang dibiarkan, dan terhadap sistem yang membatasi potensi individu hanya karena nama almamater atau koneksi.

Maka, mari kita jadikan pendidikan ini sebagai perjalanan untuk membuka mata, memperkaya wawasan, dan menajamkan pemikiran. Belajarlah bukan untuk sekadar lulus dan bekerja, tetapi untuk menjadi seseorang yang bisa membawa perubahan. Dunia ini sudah penuh dengan pikiran kotor—dan satu-satunya cara untuk melawan adalah dengan menjadi manusia yang tidak bisa mereka bodohi.

Pendidikan adalah Proses Peningkatan Kualitas dan Potensi. Andi Muhammad Ghani Rahman
Selamat berjuang, kawan. Jalan kita masih panjang, dan perjalanan ini baru saja dimulai.

Maka, apapun hasil SNBP nanti, jangan pernah kehilangan semangat untuk belajar. Jangan biarkan satu pengumuman menentukan arah hidupmu. Yang lebih penting adalah bagaimana kita terus bergerak, terus berkembang, dan terus menjadi lebih baik.

Karena di ujung perjalanan ini, kesuksesan sejati bukanlah tentang seberapa tinggi gelar yang kita raih, tetapi tentang seberapa besar manfaat yang bisa kita berikan untuk orang lain.


Dariku untuk Temanku,

18 Maret 2025
Andi Muhammad Ghani Rahman

Posting Komentar

0 Komentar