MPK: Cuma Pengawas OSIS atau Ada Peran Lebih Penting?

Kritik OSIS terhadap MPK di Sekolah
Sumber: dok.pribadi/agran0867

Apakah MPK di Sekolah Sudah Menjalankan Fungsinya?

Sebuah opini kritik yang ditulis karena mengalami kegalauan eksistensial terhadap MPK di sekolah

Apakah pernah terlintas di benakmu, apa sebenarnya esensi dari kehadiran MPK di sekolah? Kamu pasti sudah sering mendengar tentang OSIS dan MPK di sekolah. Bagi sebagian besar siswa, MPK mungkin hanya dipandang sebagai organisasi yang kerjanya cuma mengawasi OSIS. Saya sendiri dulu juga berpikir demikian. Namun, setelah melewati pengalaman menjadi Ketua MPK di SMP dan kini sebagai Ketua OSIS di SMA, saya menyadari bahwa peran MPK ternyata tidak sesederhana itu. Ada dinamika yang lebih kompleks di balik peran keduanya.

Sebagai seorang siswa yang aktif dalam organisasi, saya sering bertanya-tanya: kenapa MPK (Majelis Perwakilan Kelas) di sekolah seakan lebih sibuk "menyalahkan" OSIS daripada benar-benar menjalankan fungsinya? Jika MPK hadir sebagai perwakilan seluruh siswa, mengapa fokus utama mereka justru lebih kepada mengawasi kinerja OSIS? Padahal, dari namanya saja, MPK seharusnya menjadi representasi suara seluruh siswa. Berdasarkan pengalaman saya sebagai Ketua OSIS saat ini dan mantan Ketua MPK, saya menemukan beberapa kejanggalan yang memicu pertanyaan besar: "Apa benar MPK sudah berfungsi dengan baik?"

Kritik ini bukan hanya opini pribadi saya. Ini adalah hasil dari pengalaman nyata selama terlibat di dua organisasi ini, diskusi dengan teman-teman, dan pengamatan langsung di sekolah. Harapan saya, tulisan ini bisa membuka ruang diskusi lebih luas—apakah pandangan ini bisa diterima oleh siswa lainnya, atau mungkin ada yang melihatnya dengan sudut pandang berbeda. 

Perlu di ingat bahwa kasus-kasus yang saya angkat dalam tulisan ini, adalah sebagian kecil kasus yang saya lihat bukan hanya dalam satu sekolah, namun ada beberapa sekolah yang saya temukan memiliki permasalahan yang sama dalam hal pemahaman soal MPK ini.

Kita mulai dari esensi MPK dulu. MPK, sesuai namanya, Majelis Perwakilan Kelas. Tugas utama mereka, secara logis, adalah menjadi suara dari seluruh kelas yang ada di sekolah. Itu artinya, setiap anggota MPK membawa aspirasi, ide, dan juga masalah dari kelas mereka ke pihak sekolah. Sebagai perwakilan siswa, harusnya mereka lah yang paling "dekat" dengan teman-teman sekelasnya, menjadi penggerak positif, dan tentunya menegakkan kedisiplinan. Bukankah logikanya begitu?

Tapi kenyataannya?
Saya pernah berada di posisi MPK, dan setelah itu menjadi Ketua OSIS, saya melihat banyak sekali masalah yang tidak pernah terselesaikan secara efektif karena peran MPK yang masih belum maksimal. Salah satu masalah besar yang selalu muncul adalah tuntutan MPK yang cenderung tidak relevan. Mereka sering mengatakan bahwa tugas utama mereka adalah mengawasi OSIS, seakan-akan mereka "polisi" bagi OSIS. Namun, apakah itu benar-benar tugas utama MPK?

Kasus Pertama: MPK vs OSIS dalam Hal Keteladanan

Ada satu momen di mana MPK menuntut agar OSIS selalu menjadi contoh dan teladan bagi siswa lainnya. Namun, saya merasa ada yang janggal. Bukankah MPK yang seharusnya jadi teladan lebih besar? Anggota MPK adalah perwakilan dari setiap kelas, sedangkan anggota OSIS tidak. Secara matematis saja, MPK lebih representatif dari seluruh siswa di sekolah. Mereka membawa suara dan perwakilan dari setiap kelas, sehingga tanggung jawab mereka untuk menjadi teladan lebih besar. Ironisnya, saya sering melihat beberapa anggota MPK yang justru melanggar tata tertib, datang terlambat ke sekolah, bahkan tidak berperan aktif dalam upacara bendera.

Jadi, pertanyaannya: siapa yang seharusnya jadi teladan utama? Kalau MPK ingin OSIS jadi teladan, harusnya mereka memulai dari diri sendiri. Jangan hanya menyuruh, tapi tunjukkan dengan aksi nyata. Bukankah begitu? Kalau tidak, mereka hanya akan terlihat seperti menyalahkan OSIS demi kepentingan mereka sendiri.

Kasus Kedua: Pengawasan OSIS, Benarkah Itu Tugas Utama?

Kembali ke masalah pengawasan. MPK selalu menekankan bahwa mereka hadir untuk mengawasi OSIS dan fakta lapangan menunjukkan tugas mereka sebagai penyalur aspirasi siswa tidak terlaksana. Tapi, kalau memang benar begitu, kenapa namanya bukan MPO, Majelis Pengawasan OSIS? Jika kita lihat dari tugas MPK, pengawasan memang salah satu fungsinya, tapi bukan satu-satunya. MPK harusnya fokus pada hal yang lebih besar—yakni menjadi perwakilan seluruh siswa. Mereka punya tanggung jawab besar untuk menyuarakan aspirasi teman-teman, bukan hanya fokus pada satu hal, yaitu OSIS.

Saya bahkan pernah berdiskusi dengan teman-teman OSIS soal ini. Ada yang berkata, "MPK terlalu sibuk menekan OSIS, tapi lupa tugas utama mereka sendiri. Mereka harusnya jadi motivator, penggerak di kelas mereka. Tapi, kenyataannya, banyak anggota MPK yang malah kurang aktif (bersikap acuh tak acuh) di kelasnya sendiri."

Bahkan pernah ada kasus ketika MPK mengadakan kotak aspirasi di sekolah. Nah, menurut saya ini yang paling kontroversial. Suatu ketika saya dapati MPK di sebuah sekolah mengadakan program "Kotak Aspirasi". Tujuannya sih bagus, agar siswa bisa menyampaikan aspirasi mereka kapan saja. Tapi, faktanya? Kotak itu jarang banget diisi, kecuali kalau ada kegiatan khusus dan itu pun setelah ada himbauan dari MPK. Bagi saya, cara ini nggak efektif. MPK seharusnya bisa langsung jadi penyambung aspirasi siswa kapan aja dan di mana aja, tanpa perlu kotak-kotakan segala. Apalagi, masih banyak anggota MPK yang malah melanggar aturan sekolah. Sebagai perwakilan dari setiap kelas, bukannya mereka harus jadi contoh buat siswa lain?

Berdasarkan data survei kecil yang saya lakukan, 70% siswa di sekolah itu bilang kalau kotak aspirasi itu nggak berguna. Kebanyakan dari mereka merasa lebih nyaman menyampaikan aspirasi langsung ke wakil kelas atau ketua MPK, tanpa perantara kotak yang justru bikin jarak antara siswa dan MPK.

Kasus Ketiga: MPK dan Formalitas yang Tidak Perlu

Ada juga kasus yang menurut saya cukup aneh. Pernah satu kali OSIS mengadakan sharing session dengan anggota baru, sebuah acara santai yang bertujuan untuk berbagi pengalaman. MPK menuntut agar anggotanya ikut hadir, dengan alasan mereka harus "mengawasi". Padahal acara itu hanya bersifat non-formal, dan mereka menuntut kehadirannya (MPK) yang justru menurut kami terkesan hanya duduk menyimak tanpa memberikan kontribusi apa-apa. Ini membuat saya bertanya-tanya, apakah MPK sudah memahami tugas mereka dengan baik? Apakah harus hadir di setiap rapat atau pertemuan OSIS meski hanya sekadar formalitas? Tanpa memastikan aspirasi siswa bisa tersampaikan dalam rapat itu?

Kasus Keempat: MPK dan Egoisme Jabatan

Terakhir, ada kasus yang cukup menggelitik. Beberapa anggota MPK cenderung menganggap diri mereka lebih "superior" dibanding OSIS karena merasa bertugas untuk mengawasi. Ada anggapan bahwa MPK lebih penting karena mereka di atas OSIS dalam hal pengawasan. Padahal, kalau kita lihat lebih dalam, kedua organisasi ini harusnya setara. Mereka memiliki fungsi masing-masing yang saling mendukung. Tanpa OSIS, MPK tidak bisa menjalankan fungsinya sebagai pengawas. Begitu juga sebaliknya, tanpa MPK, aspirasi siswa mungkin tidak akan tersalurkan dengan baik.

Jadi, apakah MPK di sekolah kita sudah menjalankan tugasnya dengan baik? Apakah pengawasan OSIS memang tugas utama mereka? Atau, justru mereka mengabaikan tugas utama sebagai perwakilan siswa?

Menurut saya, sudah saatnya MPK dan OSIS melihat peran masing-masing dengan lebih kritis. Keduanya harus bekerja sama, bukan saling menuntut atau saling menekan. Jika MPK ingin dihormati, mereka harus memulai dari diri mereka sendiri—menjadi teladan, penggerak, dan motivator bagi seluruh siswa. Jika tidak, mereka hanya akan terlihat seperti "polisi" yang menunggu OSIS berbuat kesalahan.

Nah, bagaimana menurut kalian? Setujukah dengan pandangan ini, atau justru ada pendapat lain? Saya terbuka untuk diskusi, karena saya yakin, setiap pengalaman dan sudut pandang akan membuat kita semua semakin paham akan esensi sebenarnya dari organisasi di sekolah.

Salam pegiat organisasi!

Hari yang cerah, 29 September 2024
Andi Muhammad Ghani Rahman

Posting Komentar

0 Komentar