Pendidikan Memiliki Peran Penting dalam Membentuk Masa Depan Individu dan Masyarakat
Sebuah Artikel: Refleksi dari Workshop Filsafat Guru yang diisi oleh Andi Zulkarnain (Seorang guru yang diamanahkan sebagai Sekretaris Duta Besar LBBP RI di Kazakhstan dan Tajikistan), pada 25 Januari 2025 di Sekolah Al Falah BCCT, Jakarta Timur.
Sebagaimana dikatakan oleh Confucius, "Jika Anda berpikir satu tahun, tanamlah benih. Jika Anda berpikir dalam sepuluh tahun, tanamlah pohon. Jika Anda berpikir dalam seratus tahun, didiklah orang-orang."
Ungkapan ini menekankan bahwa pendidikan bukan hanya alat untuk mencapai tujuan jangka pendek, tetapi juga fondasi bagi keberlangsungan peradaban dalam jangka panjang. Dalam proses ini, guru memainkan peran yang sangat strategis sebagai pembimbing, pemimpin, dan pembentuk karakter generasi penerus.
Anak-anak pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sering kali mempertanyakan hal-hal mendasar tentang kehidupan.
Pertanyaan-pertanyaan filosofis ini menjadi peluang bagi guru untuk membimbing mereka berpikir kritis dan reflektif.
Bagaimana Menarik Minat Peserta Didik?
Agar menarik minat peserta didik, salah satu cara yang dapat dilakukan, guru sebaiknya menggunakan berbagai pendekatan bahasa, seperti bahasa sehari-hari untuk menjangkau pemahaman awal, bahasa ilmiah, bahasa agama untuk membangun nilai moral, bahasa filsafat untuk memupuk kebijaksanaan, dan bahasa sastra untuk mendorong imajinasi. Pendekatan multidisipliner ini menjadi dasar bagi pemahaman yang lebih dalam terhadap berbagai cabang ilmu.
Tugas Guru Adalah Mendidik Cara Membedakan Aksiden dan Substansial
Sebagai pendidik, guru memiliki tanggung jawab untuk membantu siswa menata keinginan mereka. Hal ini penting karena kebutuhan manusia bersifat terbatas, sementara keinginan dapat melampaui batas.
Banyak kegagalan hidup disebabkan oleh ketidakmampuan seseorang mengendalikan keinginannya.
Oleh karena itu, guru tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga mendidik siswa agar mampu membedakan antara aksiden (keinginan) dan substansi (kebutuhan). Ketika masyarakat mampu lebih memprioritaskan substansi daripada aksiden, maka kemajuan yang signifikan dapat dicapai.
Guru Sebagai Pembelajar
Setiap Makhluk Adalah Percikan Cahaya Tuhan
Lebih jauh, guru perlu menyadari bahwa semua makhluk adalah percikan cahaya Tuhan. Kesadaran ini mengajarkan bahwa, meskipun kita memiliki perbedaan atau konflik dengan orang lain, tetap ada sisi kemanusiaan yang patut dihormati. Sebagai pembelajar yang terus-menerus mengembangkan diri, guru juga dituntut untuk selalu memperbarui pengetahuan mereka. Sebab, ilmu pengetahuan dan fakta terus berkembang seiring perubahan zaman. Hal ini menjadikan guru sebagai figur yang tidak hanya kritis terhadap lingkungan sekitarnya tetapi juga mampu menjadi pembimbing bagi siswa dalam berpikir analitis dan reflektif.
Guru Sebagai Kritikus dan Manager Kelas
Dalam konteks sosial, kritik memainkan peran penting sebagai vitamin untuk pertumbuhan. Namun, guru sebagai manajer kelas harus memiliki kecerdasan praktis agar kritik dapat disampaikan secara efektif tanpa menimbulkan kebingungan. Guru juga perlu menjadi teladan dalam bersikap dan berperilaku. Sebagai wajah dari idealitas pendidikan, guru harus mampu menjaga kepercayaan siswa dengan menunjukkan keteguhan sikap dan profesionalisme.
Guru Sebagai Lamar Story Teller
Selanjutnya, guru juga berperan sebagai storyteller atau pencerita yang andal. Kemampuan ini sangat penting dalam menyampaikan pelajaran dengan cara yang menarik dan mudah dipahami siswa. Tidak hanya itu, guru juga merupakan arsitek pengetahuan yang haus akan berbagai cabang ilmu, mulai dari sosiologi hingga sastra, dan dari logika hingga retorika. Sebagai pembaca dan pembicara yang baik, seorang guru harus terus memperluas wawasan agar tetap relevan di tengah dinamika zaman.
Guru Sebagai Pemantik Inspirasi
Namun, guru tidak hanya bertugas menyampaikan pengetahuan. Lebih dari itu, mereka adalah pemantik inspirasi yang mampu membangkitkan semangat siswa untuk terus belajar. Jika seorang siswa kehilangan harapan, maka tugas gurulah untuk menyalakan kembali harapan tersebut. Dalam peran ini, guru juga berfungsi sebagai pembangkit empati, mengajarkan pentingnya memahami dan merasakan penderitaan orang lain.
Sebagaimana dikatakan, "Jika kamu merasakan sakit, maka kamu hidup. Jika kamu mampu merasakan sakit orang lain, maka kamu manusia." Kehidupan manusia yang bermakna dimulai ketika ia mampu berempati terhadap sesama.
Guru Sebagai Pemantik Empati
Memiliki ego yang tinggi sering kali dianggap negatif, namun guru memiliki kemampuan untuk membimbing siswa agar mengarahkan ego tersebut ke arah yang positif. Bung Karno, misalnya, adalah contoh bagaimana ego yang tinggi dapat dimanfaatkan untuk menolak penjajahan dan memperjuangkan kemerdekaan. Guru yang mendidik Bung Karno kecil berhasil menanamkan nilai-nilai yang membuat egonya menjadi kekuatan yang membangun negara dan menolak penjajahan.
Guru Sebagai Pemimpin
Selain itu, guru juga merupakan pemimpin yang harus memiliki wibawa. Dengan wibawa yang baik, guru dapat dihormati oleh siswa dan membimbing mereka untuk mengikuti gagasan-gagasan positif. Dalam konteks kebangsaan, guru memiliki peran sebagai penjaga keragaman dan pengawal NKRI. Pendidikan menjadi kunci penting untuk menjaga persatuan dan keberagaman di Indonesia.
Sebagaimana dikatakan oleh Kofi Annan, "Pendidikan adalah kunci untuk membuka pintu emas kebebasan."
Guru Sebagai Penjaga Keberagaman dan Pelatih Berpikir
Pada akhirnya, guru juga menjadi pendorong perubahan sosial. Dalam dunia yang terus berkembang, guru harus melatih siswa untuk berpikir kritis, berinovasi, dan beradaptasi dengan perubahan. Dengan peran-peran ini, guru bukan sekadar pengajar, tetapi juga pembimbing, teladan, dan inspirator yang berkontribusi besar pada kemajuan masyarakat dan bangsa.
Andi Muhammad Ghani Rahman
0 Komentar